Google Translate ~pilih bahasa yg Loe bisa~

[ Get Google Translate Source Code ]

Recent Posts

Recent Comments

Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Kemulyaan syahid

Kemulyaan syahid

irfan295_ | 22.36 | 0 komentar
Suatu ketika Harun al-Rasyid bertanya pada Muhammad al-Batthal (sang pemberani) tentang keadilan yang menakjubkan di negeri Romawi. Muhammad pun bercerita, “Pada suatu hari ketika dalam suasana hiruk pikuknya kekacauan Romawi, saya berjalan seorang diri, mengenakan topi baja sambil menundukkan wajah. Tiba-tiba saya mendengar derap suara kaki kuda dari arah belakang, saya pun menoleh ternyata ada seorang penunggang kuda yang menyandang pedang dan tombak mendekati saya dan mengucapkan salam, saya pun menjawab salamnya.
Orang itu bertanya “Apakah anda mengenal seorang lelaki yang bernama al-Batthal?” Saya menjawab, “Sayalah al-Batthal.” Kemudian ia turun dari kudanya dan merangkul serta mencium kaki saya. Saya heran dan bertanya padanya, “Mengapa engkau lakukan ini?” Ia menjawab, “Saya datang untuk melayani engkau.” Saya pun berdo’a untuknya. Ketika kami dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah empat orang penunggang kuda, lelaki tadi berkata padaku, “Izinkan aku pergi untuk menghadapi empat penunggang kuda tersebut!” “Silakan, aku izinkan,” jawabku. Untuk beberapa waktu lelaki tadi bertarung dengan keempat penunggang kuda tadi, dan akhirnya ia pun tewas sebagaisyahid. Kemudian keempat penunggang kuda itupun mendatangi dan menangkap saya. Saya katakan pada mereka, “Jika kalian semua memang jantan dan ingin bertarung denganku, berilah aku kesempatan untuk menggunakan pedang dan kuda sahabatku!” “Ambillah jika kamu menginginkanya,” jawab mereka. Saya pun mengambil pedang dan kuda sahabatku. Saya berkata lagi, “Kalian beremapt sementara aku sendirian, ini tidak adil, maka supaya adil, majulah salah satu di antara kalian!” Kemudian salah satu di antara mereka maju, lalu bertarung denganku dan saya pun berhasil membunuhnya. Kemudian maju yang kedua dan ketiga, dan kali ini pun saya berhasil membunuhnya. Kemudian majulah yang keempat, lalu kami bertarung beberapa lama hingga tombak saya juga tombaknya hancur. Lalu kami pun turun dari kuda kami, saya segera mengambil pedang dan perisai saya, begitu pula dia. Kami pun bertarung lagi sampai pedang dan perisai kami hancur, namun tetap tidak ada yang menang. Lalu kami bertarung dengan tangan kosong, saling memukul sampai matahari terbenam, dan tetap tidak ada yang menang. Saya pun berseru, “Hai prajurit! Hari ini aku telah kehabisan waktu shalat dalam agamaku.” “Aku pun sama,” jawabnya. Ternyata dia seorang uskup. Saya katakana padanya, “Maukah kamu hentikan pertarungan agar kita dapat menunaikan ibadah kita yang telah lewat. Setelah itu kita beristirahat malam ini, dan besok pagi kita lanjutkan pertarungan?” Dia pun setuju dengan permintaan saya, kemudian saya pun mentauhidkan Allah dan mengqadha shalatku, dan dia juga demikian. Ketika hendak tidur dia berkata, “Kalian bangsa Arab adalah orang-orang yang licik, aku memiliki dua bel pada telingaku, gantungkanlah salah satu bel ini pada telingamu, dan letakan kepalamu di dekatku, jika kamu bergerak maka bel itu akan bersuara!” Aku pun bangun dan menyahut,“Silakan lakukan!” Semalaman kami dalam keadaan demikian, ketika shubuh tiba, saya pun shalat subuh. Setelah itu kami pun bertarung lagi, sampai akhirnya saya berhasil duduk di atas dadanya, dan ketika saya hendak menusuknya dengan pedang, dia berkata, “Ampunilah saya untuk kali ini!” “Baiklah,” jawabku. Kami pun bertarung lagi sampai akhirnya ketika saya terpeleset dia berhasil menduduki dada saya dan hendak menghunjamkan pedangnya padaku, saya pun berkata, “Aku telah mengampunimu satu kali, apakah kamu tidak mau mengampuniku?” “Baiklah” jawabnya. Kami pun bertarung kembali untuk yang ketiga kalinya, dan kali ini dada saya serasa pecah sampai akhirnya ia berhasil menguasaiku dan duduk di atas dadaku. Maka saya berkata, “Masing-masing kita telah menang satu kali, kali ini kamu unggul.” Maka dia pun melepaskan saya. Lalu kami bertarung lagi untuk yang keempat kalinya, tiba-tiba dia berkata, “Sekarang aku tahu mengapa kamu dijuluki al-Batthal (sang pemberani), aku akan membunuhmu agar Romawi tenang dari ancamanmu.” Aku menyahut, “Tidak demikian jika Tuhanku menghendaki!” “Kalau begitu mintalah pada Tuhanmu agar menghalangiku membunuhmu serta mengangkat pisau ini dari lehermu!” Tiba-tiba sahabat saya yang tadi telah terbunuh itu bangkit, ia mengangkat pedang dan menebaskanya ke leher uskup tadi. Lalu sahabatku membaca ayat al-Quran yang artinya: “Dan jangan kamu menyangka bahwa orang yang terbunuh karena menegakkan agama Allah itu telah mati, akan tetapi mereka itu hidup di sisi Allah.”

Terjemahan DAri kitab Annawadir Ahmad Syihabuddin Al-Qalyubi
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Open Cbox

Followers

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. lebih dekat dengan Islam - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger